Gagasan – gagasan besar, hanya akan mungkin lahir dari pemimpin yang juga berjiwa besar. Ia mampu merangkai cerita masa lalu, kemudian merekonstruksi realitas hari ini, untuk memproyeksi sejarah masa depan.

Narasi pemimpin semacam ini, biasanya terbuka (inklusif). Mampu menampung semua gagasan yang ada. Ide – ide yang ada, tidak dipahami sebagai upaya mereduksi kekuasaan yang ada.

Akan tetapi ide – ide itu dipahami, sebagai dialektika yang akan menambah wawasan dan pengetahuan. Sebab, sejarah peradaban umat manusia selalu lahir dari pergulatan pemikiran.

Pada titik ini, dibutuhkan pemimpin yang cakap mengelola gagasan, agar menjadi energi positif. Kekuasaan yang alergi kritik, cendrung lahir dari pemimpin yang tidak terbuka (eksklusif).

Mereka tidak mampu merangkai gagasan yang berbeda, menjadi harmoni yang enak didengar. Kekuasaan yang otoritarian, juga biasanya lahir dari pemimpin yang memaksakan kehendak.

Mereka memaksakan agar gagasan dan  pendapatnya diterima,  dan bersifat instruktif. Dan siapa saja yang tidak sejalan dengan gagasanya, dianggap melawan dan dicap pembangkang.

Mereka tidak paham. Ini era demokrasi, masa dimana semua orang berhak mengemukakan pendapat dan gagasan.